Archive for 2014
COBIT
CONTROL OBJECTIVE FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY (COBIT) adalah
suatu panduan standar praktik manajemen teknologi informasi untuk IT Governance yang dapat membantu
auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko
bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT. Standar COBIT
dikeluarkan oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA.
Tahap perkembangan COBIT :
Manfaat penerapan COBIT adalah menyediakan kebijakan
yang jelas dan good practice untuk IT governance, membantu manajemen senior
dalam memahami dan mengelola resiko-resiko yang berhubungan dengan IT.
Kerangka kerja COBIT terdiri dari beberapa pedoman,
yaitu :
1. Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi
(high-level control objectives) yang terbagi dalam 4 domain, yaitu : Planning
& Organization , Acquisition & Implementation , Delivery
& Support , dan Monitoring & Evaluation.
2. Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian
yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para
auditor dalam memberikanmanagement assurance dan/atau saran
perbaikan.
3. Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik,
mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut :
·
Sejauh
mana TI harus bergerak atau digunakan, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan
sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
·
Apa
saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus.
·
Apa
saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses
( critical success factors ).
·
Apa
saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang
ditentukan.
·
Bagaimana
dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan.
·
Bagaimana
mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya.
Lingkup kriteria informasi yang
sering menjadi perhatian dalam COBIT adalah :
·
Effectiveness
Menitikberatkan
pada sejauh mana efektifitas informasi dikelola dari data-data yang diproses
oleh sistem informasi yang dibangun.
·
Efficiency
Menitikberatkan
pada sejauh mana efisiensi investasi terhadap informasi yang diproses oleh
sistem.
·
Confidentiality
Menitikberatkan pada pengelolaan kerahasiaan
informasi secara hierarkis.
·
Integrity
Menitikberatkan pada integritas data/informasi
dalam sistem.
·
Availability
Menitikberatkan
pada ketersediaan data/informasi dalam sistem informasi.
·
Compliance
Menitikberatkan
pada kesesuaian data/informasi dalam sistem informasi.
·
Reliability
Menitikberatkan
pada kemampuan/ketangguhan sistem informasi dalam pengelolaan data/informasi.
Hingga
kini dalam perkembangannya framework COBIT yang masih digunakan adalah COBIT 4.0 dan COBIT 5 karena dapat menyesuaikan kebutuhan perusahaan mengenai
penerapan IT.
COBIT 4.0
Memberikan
fokus bisnis yang cukup kuat untuk mengatasi tanggungjawab para direktur dan pegawai.
Dalam COBIT 4.0, IT sudah menjadi
enabler yaitu sudah menjadi alat utama dalam perkembangan proses bisnis
perusahaan. COBIT 4.0 mampu menjadi
sebuah dokumen yang sangat bermanfaat. COBIT 4.0 ini juga mencakup bimbingan
bagi para direktur dan semua level manajemen dan terdiri atas 4 bagian :
1.
Gambaran
luas mengenai eksekutif
2.
Kerangka
kerja
3.
Isi
utama (tujuan pengendalian, petunjuk manajemen dan lain-lain). Isi utama
dibagi menjadi 34 proses IT dan memberikan gambaran yang sempurna mengenai cara
mengendalikan, mengelola dan mengukur masing-masing proses.
4.
Appendiks
(pemetaan, ajuan silang dan daftar kata-kata).
Selain itu prinsip penerapan COBIT 4.0 adalah
·
Menganalisa
bagaimana tujuan pengendalian dapat dipetakan ke dalam lima wilayah penentuan
IT agar dapat mengidentifikasi gap potensial.
·
Menyesuaikan
dan memetakan COBIT ke standar yang lain (ITIL, CMM, COSO, PMBOK, ISF and ISO
17799)
·
Mengklarifikasikan
indikator tujuan utama (KGI) dan indikator hubungan kinerja utama (KPI), dengan
mengenal bagaimana KPI dapat bergerak mencapai KGI.
·
Menghubungkan
tujuan bisnis, IT and proses IT (penelitian mendalam di delapan industri dengan
pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana proses COBIT mendukung tercapainya
tujuan IT spesifik dan dengan perluasan, tujuan bisnis).
COBIT 5
COBIT
5 adalah edisi terbaru dari Framework COBIT ISACA yang menyediakan
penjabaran bisnis secara end-to-end dari tatakelola teknologi informasi
perusahaan untuk menggambarkan peran utama dari informasi dan teknologi dalam
menciptakan nilai perusahaan. COBIT 5
dibangun berdasarkan pengembangan dari COBIT 4.1 dengan mengintegrasikan Val IT
dan Risk IT dari ISACA, ITIL, dan standar-standar yang relevan dari ISO.
COBIT
5 didasarkan pada 5 prinsip kunci tatakelola dan manajemen TI perusahaan
yaitu :
·
Pemenuhan kebutuhan Stakeholder
·
Melindungi titik-titik penting perusahaan
·
Penggunaan sebuah framework terintegrasi
·
Memungkinkan pendekatan secara holistik
·
Meminsahkan tatakelola dengan manajemen
COBIT 5 mendeskripsikan 7 kategori yang berperan sebagai penggerak yaitu :
·
Prinsip-prinsip, kebijakan-kebijakan, dan
framework, adalah sarana untuk menerjemahkan tingkah laku yang diinginkan ke
dalam petunjuk praktek untuk pelaksanaan manajemen harian.
·
Proses, menjelaskan kumpulan terorganisasi dari
praktek-praktek dan aktifitas-aktiftas untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dan menghasilkan sekumpulan keluaran di dalam dukungan pencapaian
seluruh sasaran TI
·
Struktur organisasi, entitas pembuatan keputusan
kunci di dalam perusahaan
·
Budaya, etika, dan tingkah laku, merupakan
kebiasaan dari individu dan perusahaan yang sering dianggap sebagai faktor
penghambat kesuksesan di dalam aktifitas tatakelola dan manajemen.
·
Informasi, adalah sebuah kebutuhan untuk
memastikan agar organisasi tetap berjalan dan dapat dikelola dengan baik.
Tetapi di tingkat operasional, informasi seringnya digunakan sebagai hasil dari
proses perusahaan
·
Layanan, infrastruktur dan aplikasi, menyediakan
layanan dan proses teknologi informasi bagi perusahaan
·
Orang, keterampilan dan kemampuan, dibutuhkan
untuk menyelesaikan semua aktifitas dan membuat keputusan yang tepat serta
mengambil aksi-aksi perbaikan.
PERBEDAAN COBIT 4 dan COBIT 5
CobiT 5 —sebagaimana juga Val IT dan Risk IT—ini lebih berorientasi
pada prinsip, dibanding pada proses. Berdasarkan feedback yang
masuk, menyatakan bahwa ternyata penggunaan prinsip-prinsip itu lebih mudah
dipahami dan diterapkan dalam konteks enterprise secara lebih
efektif.
CobiT 5 memberi penekanan lebih
kepada Enabler. Walaupun sebenarnya CobiT 4.1 juga menyebutkan
adanya enabler-enabler, hanya saja Cobit 4.1 tidak
menyebutnya dengan enabler. Sementara CobiT 5 menyebutkan secara
spesifik ada 7 enabler dalam implementasinya.
CobiT 5 mendefinisikan model
referensi proses yang baru dengan tambahan domain governance dan beberapa
proses baik yang sama sekali baru ataupun modifikasi proses lama serta mencakup
aktifitas organisasi secara end-to-end. Selain mengkonsolidasikan CobiT 4.1,
Val IT, dan Risk IT dalam sebuah framework, CobiT 5 juga dimutakhirkan untuk
menyelaraskan dengan best practices yang ada seperti misalnya
ITIL v3 2011 dan TOGAF.
CobiT 5 terdapat proses-proses baru
yang sebelumnya belum ada di CobiT 4.1, serta beberapa modifikasi pada
proses-proses yang sudah ada sebelumnya di CobiT 4.1. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa model referensi proses CobiT 5 ini sebenarnya mengintegrasikan
konten CobiT 4.1, Risk IT dan Val IT.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/COBIT
http://cobitindo.blogspot.com/
http://youtu.be/q7xexHtwSGI
http://budi.staf.upi.edu/
http://www.isaca.org/COBIT/Pages/default.aspx
http://www.scribd.com/doc/153084837/Makalah-COBIT
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/COBIT
http://cobitindo.blogspot.com/
http://youtu.be/q7xexHtwSGI
http://budi.staf.upi.edu/
http://www.isaca.org/COBIT/Pages/default.aspx
http://www.scribd.com/doc/153084837/Makalah-COBIT
CMMI
CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION (CMMI) adalah maturity model
untuk process improvement bagi pengembangan produk maupun service. CMMI dikembangkan sebagai jawaban atas
kebutuhan lingkungan teknologi kontemporer yang kompetitif untuk mengontrol
masuknya konsep teknologi baru dan praktek untuk pengembangan perangkat lunak.
Tujuannya adalah untuk membantu organisasi meningkatkan proses pengembangan dan
maintenance dalam pengembangan produk dan services.
Manfaat penerapan CMMI
antara lain :
·
Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses
kematangan (maturity) terkini.
·
Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan
pemrosesan dengan mengikuti pendekatan best-practice.
·
Digunakan dalam proses uji-kinerja
(benchmarking) dengan organisasi lainnya.
·
Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko
proyek.
·
Menekan resiko dalam pengembangan perangkat
lunak.
·
Meningkatkan kepuasan pelanggan.
·
Mempunyai fitur-fitur yang bersifat
institusional, yaitu komitmen, kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan
pengukuran serta verifikasi implementasi.
·
Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih
lanjut.
CMMI memiliki model yang berbeda
yaitu :
1. CMMI
for Services (CMMI-SVC)
·
Dirancang untuk mengcover kegiatan yang
dibutuhkan dalam mengelola, menetapkan, dan memberikan services.
·
Menyediakan panduan untuk penerapan praktik
terbaik CMMI dan mengintegrasikan pengetahuan yang penting untuk penyedia
services
·
Memberikan best practices yang fokus
padakegiatan untuk menyediakan services yang berkualitas kepada pelanggan dan
pengguna akhir.
2.
CMMI for Acquisition (CMMI-ACQ)
·
Memberikan panduan kepada organisasi akuisisi
untuk memulai dan mengelola akuisisi produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan
pelanggan
·
Berfokus pada proses pengakuisisi dan
mengintegrasikan pengetahuan yang penting untuk keberhasilan sebuah akuisisi.
·
Mempengaruhi hasil dari proses akuisisi,
memberikan kemampuan yang tepat untuk pengguna operasional sesuai jadwal dan
dengan biaya yang diprediksi melalui penerapan disiplin dari proses akuisisi
yang efisien dan efektif.
3. CMMI
for Development (CMMI-DEV)
·
Maturity model perbaikan proses terdiri dari praktek terbaik yang membahas
pengembangan dan pemeliharaan kegiatan yang mencakup siklus hidup produk mulai
dari konsep sampai delivery dan pemeliharaan.
·
Mengintegrasikan pengetahuan yang penting untuk
pengembangan dan pemeliharaan.
Ada beberapa tingkatan dalam CMMI
antara lain :
1. Level
1 – Initial
Pada ML1 ini proses
biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras
dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada didalam organisasi tersebut.
2. Level
2 – Managed
Pada ML2 ini sebuah
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level 2.
Dengan kata lain seluruh proses dalam organisasi telah direncanakan,
dilaksanakan, diukur, dan dikontrol dengan baik.
3. Level
3 – Defined
Pada ML3 ini sebuah
organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals pada Level
2 dan Level 3. Proses dicirikan dan dipaparkan dalam standar, prosedur, tool,
dan metode.
4. Level
4 - Quantitatively Managed
Pada ML4 ini,
sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals yang ada
pada Level 2, 3, dan 4. Sebuah subproses dipilih yang secara signifikan
terlibat dalam keseluruhan proses. Subproses yang terpilih ini kemudian
dikontrol dengan menggunakan statistik atau teknik kuantitative lainnya.
5. Level
5 – Optiming
Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai
seluruh specific dan generic goals yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML 5 fokus
kepada peningkatan proses secara berkesinambungan melalui inovasi teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/CMMI
http://teknologibroadband.blogspot.com/2009/01/capability-maturity-model-integration.html
http://budi.staf.upi.edu/
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/CMMI
http://teknologibroadband.blogspot.com/2009/01/capability-maturity-model-integration.html
http://budi.staf.upi.edu/
TOGAF
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
Architecture Development Method
Architecture Development Method
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah suatu
kerangka kerja arsitektur perusahaan yang memberikan pendekatan komprehensif
untuk desain, perencanaan, implementasi, dan tata kelola arsitektur informasi
perusahaan.
Kategori
Enterprise Architecture Dalam TOGAF :
·
Business Architecture:
Deskripsi tentang bagaimana proses bisnis untuk mencapai
tujuan organisasi.
·
Application Architecture:
Deskripsi bagaimana aplikasi tertentu didesain dan bagaimana interaksinya dengan aplikasi
lainnya.
·
Data Architecture :
Penggambaran bagaimana penyimpanan, pengelolaan dan pengaksesan data pada
perusahaan.
·
Technical Architecture :
Gambaran mengenai insfrastruktur
hardware dan software yang mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya.
Ada 3 komponen
utama pada framework enterprise architecture yaitu :
·
Pandangan : memberikan mekanisme untuk
mengkomunikasi informasi mengenai keterkaitan
·
Metode : menyediakan disiplin untuk mendapatkan
dan mengorganisasi data dan membangun pandangan untuk dapat menolong
integritas, keakuratan dan kelengkapan
·
Pelatihan : mendukung aplikasi dari metode dan
penggunaan peralatan.
Komponen penyusun TOGAF :
·
Architecture Development Method (ADM)
Memberikan gambaran rinci bagaimana
menentukan sebuah enterprise architecture secara spesifik berdaarkan kebutuhan
bisnisnya.
·
Foundation Architecture (Enterprise Continuum)
Berisi gambaram hubungan untuk pengumpulan arsitektur yang relevan, juga
menyediakan bantuan petunjuk pada saat terjadinya perpindahan abstraksi level
yang berbeda.
·
Resource Base:
Berisi informasi
mengenai guidelines, templates, checklist, latar belakang informasi dan detil
material pendukung yang membantu arsitek didalam penggunaan ADM.
Tahapan metode pengembangan TOGAF :
1.
Preliminary Phase
Aktivitas persiapan
untuk menyusun kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan
mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur. Tujuan fase ini adalah untuk
menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini untuk
mensukseskan proses arsitektur. Pada fase ini harus menspesifikasikan who, what,
why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri.
2.
Architecture Vision
Fase inisiasi dari siklus pengembangan arsitektur
yang mencakup pendefinisian ruang lingkup, identifikasi stakeholders,
penyusunan visi arsitektur, dan pengajuan persetujuan untuk memulai
pengembangan arsitektur.
Beberapa langkah yang dilakukan pada fase ini
adalah :
- Menentukan / menetapkan proyek.
- Mengindentifikasi tujuan dan pergerakan bisnis. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
- Meninjau prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis. Meninjau ini berdasarkan arsitektur saat ini yang akan dikembangkan. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
- Mendefinisikan apa yang ada di dalam dan di luar rungan lingkup usaha saat ini.
- Mendefinisikan batasan-batasan seperti waktu, jadwal, sumber daya dan sebagainya.
- Mengindentifikasikan stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur.
- Mengembangkan Statement of Architecture Work.
3.
Business Architecture
Fase ini mencakup
pengembangan arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur yang telah
disepakati. Pada tahap ini tools dan method umum untuk
pemodelan seperti: Integration DEFinition (IDEF) dan Unified
Modeling Language (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang
diperlukan.
4.
Information Systems Architectures
Pada tahapan ini
lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi
dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan ini
meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh
organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan
untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan
dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram.
Beberapa langakah yang diperlukan untuk membuat
arsitektur data adalah:
·
Mengembangkan
deskripsi arsitektur data dasar
·
Review
dan validasi prinsip, reference model, sudut pandang dan tools.
·
Membuat
model arsitektur
·
Memilih
arsitektur data building block
·
Melengkapi
arsitektur data
·
Melakukan
gap analysis arsitektur data saat ini dengan arsitektur data target
dan membuat laporan.
5.
Technology Architecture
Membangun
arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat
teknologi yang diperlukan dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog
yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan
teknologi.
Beberapa langkah yang diperlukan untuk
membuat arsitektur teknologi yaitu:
·
Membuat
deskripsi dasar dalam format TOGAF
·
Mempertimbangkan
reference model arsitektur yang berbeda, sudut pandang dan tools.
·
Membuat
model arsitektur dari building block
·
Memilih
services portfolio yang diperlukan untuk setiap building block
·
Mengkonfirmasi
bahwa tujuan bisnis tercapai
·
Menentukan
kriteria pemilihan spesifikasi
·
Melengkapi
definisi arsitektur
·
Melakukan
gap analysis antara arsitektur teknologi saat ini dengan arsitektur teknologi
target.
6.
Opportunities and Solutions
Pada tahap ini akan
dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat ini dan tujuan,
indentifikasi proyek utama yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan
arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan baru atau penggunaan
kembali sistem yang sudah ada. Pada fase ini juga akan direview gap
analysis yang sudah dilaksanakan pada fase D.
7.
Migration and Planning
Pada fase ini akan
dilakukan analisis resiko dan biaya. Tujuan dari fase ini adalah untuk memilih
proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas. Aktivitas
mencakup penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek migrasi yang
bervariasi. Daftar prioritas proyek akan berjalan untuk membentuk dasar
dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
8.
Implementation Governance
Fase ini mencakup
pengawasan terhadap implementasi arsitektur.
Tujuan dari fase
ini adalah :
·
Untuk merumuskan rekomendasi dari tiap-tiap
proyek implementasi
·
Membangun kontrak arsitektur untuk memerintah
proses deployment dan implementasi secara keseluruhan
·
Melaksanakan fungsi pengawasan secara tepat
selagi sistem sedang diimplementasikan dan dideploy
·
Menjamin kecocokan dengan arsitektur yang didefinisikan
oleh proyek implementasi dan proyek lainnya.
9.
Architecture Change Management
Fase ini mencakup
penyusunan prosedur-prosedur untuk mengelola perubahan ke arsitektur yang
baru. Pada fase ini akan diuraikan penggerak perubahan dan
bagaimana memanajemen perubahan tersebut, dari pemeliharaan sederhana sampai
perancangan kembali arsitektur.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Open_Group_Architecture_Framework
http://budi.staf.upi.edu/
http://id.wikipedia.org/wiki/TOGAF
http://cio-indo.blogspot.com/2011/12/pengenalan-togaf.html
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Open_Group_Architecture_Framework
http://budi.staf.upi.edu/
http://id.wikipedia.org/wiki/TOGAF
http://cio-indo.blogspot.com/2011/12/pengenalan-togaf.html
PENGENALAN SISTEM INFORMASI
SISTEM adalah sekelompok
elemen atau komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Tiga
komponen SISTEM yaitu :
1. INPUT
2. PROSES
3. OUTPUT
INFOMASI adalah data yang telah diubah ke dalam bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi end user tertentu.
SISTEM INFORMASI adalah gabungan dari beberapa elemen yang terorganisir yang terdiri dari orang-orang, perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), jaringan komunikasi, dan sumber-sumber daya yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Sistem Informasi dapat diterapkan
diberbagai bidang pekerjaan, contoh Sistem Informasi adalah :
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN adalah salah satu tipe sistem informasi yang menghasilkan informasi untuk mendukung kebutuhan pengambilan keputusan sehari-hari dari manajer dan para profesional bisnis. (O’Brien dan Marakas, 2006)
Penerapan SISTEM INFORMASI MANAJEMEN memiliki tujuan, antara lain:
- Menyediakan INFORMASI yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
- Menyediakan INFORMASI yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
- Menyediakan INFORMASI untuk pengambilan keputusan.
Ada beberapa tahapan dalam
penerapan SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
yaitu :
1.
Instalasi dan Training Sistem
Tahap
implementasi adalah tahapan
penerapan sistem yang telah dikembangkan ke dalam perusahaan. Terdiri atas data
conversion, yaitu tahap penginputan data pada sistem lama ke sistem baru.
Sedangkan Training yaitu kegiatan pelatihan kepada user, dan documentation
yaitu kegiatan mengdokumentasikan sistem baru.
2.
Konversi Sistem
Sistem baru dikonversi dulu ke dalam proses bisnis
perusahaan. Ada 4 cara yang dapat dipakai dalam mengkonversi sistem, yaitu:
- Parallel conversion, sistem baru dijalankan bersamaan dengan sistem yang lama.
- Pilot conversion, sistem dikonversikan pada satu bagian yang dijadikan sebagai percontohan.
- Phases conversion, sistem dikonversikan secara bertahap dari sistem lama ke sistem yang baru.
- Direct conversion, sistem baru langsung menggantikan sistem yang lama.
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN memiliki peranan dalam perkembangan bisnis suatu perusahaan, antara lain :
Skema penerapan TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN adalah
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_manajemen
http://www.slideshare.net/ChristianYLokas/sistem-informasi-manajemen-sim
http://budi.staf.upi.edu/